Pasar Tradisional Jadi Tempat Favorit Berbelanja Kebutuhan Pokok

Daftar Isi
 
Pasar Tradisional
Credit Photo: Pixabay


Lho kok bisa pasar tradisional jadi tempat favorit untuk berbelanja kebutuhan dapur? Bukannya di sana becek, bau dan segala hal yang membuat suasana tidak nyaman ya? Memang saya akui berbelanja di pasar tradisional tidak akan semenyenangkan ketika kita pergi ke supermarket.

Saya sudah terbiasa berbelanja di pasar tradisional dari tahun 1999, ketika itu baru pindah ke Surabaya dan Ibu mengajak beli kebutuhan dapur di Pasar Pahing, nama pasar di dekat rumah. Waktu itu Pasar Pahing belum dirombak sehingga masih berupa bangunan non permanen yang sewaktu-waktu bisa digusur. 

Satu tahun kemudian, baru dilakukan pemugaran terhadap Pasar Pahing menjadi sebuah bangunan kokoh terdiri dari 2 lantai yang tetap menjadi pasar tradisional namun dengan kondisi yang lebih layak.

Entah kenapa saya suka sekali berbelanja di pasar tradisional. Selain bisa mendukung pedagang lokal dalam menjual dagangannya, secara tak langsung kita juga turut membantu perekonomian dalam negeri.

Kalau dari segi harga, saya rasa relatif ya dengan pasar modern sekalipun. Jika selisih lebih mahal pasar modern itupun tak seberapa. Namun yang pasti, saya lebih suka berbelanja di pasar tradisional  karena senang melihat interaksi pedangan dengan pembeli.

Ada beberapa alasan kenapa saya lebih senang belanja di pasar tradisional, antara lain:
  • Harga lebih murah
  • Banyak pilihan sayur mayur, buah, ikan dan juga berbagai kebutuhan pokok lainnya yang dijual
  • Di pasar juga banyak menjual kuliner untuk sarapan dan juga jajan pasar
  • Sayur, daging, ayam dan ikan lebih segar ketika kita membeli di pasar pada pagi hari.
Sampai sekarang pun saya masih rutin belanja ke pasar tradisional minimal satu minggu sekali yaitu pada hari Minggu. Jangan tanya kalau pas hari minggu atau tanggal muda tiba, parkiran pasar sudah sangat penuh oleh sepeda motor dan juga mobil.

Dari masih banyaknya jumlah kendaraan yang parkir di pasar, saya berani menyimpulkan kalau penduduk Surabaya masih mengandalkan berbelanja di pasar tradisional. 

Biasanya kalau saya sudah punya penjual sayur langganan, pada beberapa kesempatan saya selalu diberi bonus berupa dilebihkan timbangan untuk beberapa jenis sayur atau buah misalnya. 

Selain itu juga pasar tradisional di Indonesia masih menggambarkan hubungan yang erat antar pedagang pasar itu sendiri dan juga antara pembeli dan penjual. Seperti yang sudah saya sebutkan, kalau menjadi langganan di pedagang buah, sayur maupun pedagang lainnya, tidak jarang mereka memberi sedikit bonus untuk kita.

Secara tidak sadar, kondisi pedagang di pasar tradisional menggambarkan bahwa rezeki itu sudah ada takarannya sendiri-sendiri dan tak akan mungkin tertukar. Bayangkan ketika masuk ke lapak penjual kebutuhan pokok seperti gula, telur dan beras, kita akan menemukan pedagang sembako berjejer menjual dagangannya.

Meskipun dagangan mereka sama, namun masing-masing pedagang tentunya memiliki rezekinya sendiri. Tak ada persaingan diantara semua pedagang. Bahkan saya pernah mengalami, ketika saya ingin membeli gula pasir di langganan saya namun ternyata habis. Pedagang gula tersebut tak kehabisan akal dan langsung pergi ke salah satu lapak temannya, untuk meminjam gula lalu dijual kepada saya.

Saya melihat dari kejauhan apa yang dilakukan oleh pedagang gula tersebut demi tidak ingin mengecewakan saya. Toh berapapun harganya, tetap akan saya bayar karena memang sedang kehabisan gula di rumah. Nyatanya, pedagang tersebut menjual gula kepada saya dengan harga yang masih wajar, sesuai harga pasaran.

Ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil manakala pergi ke pasar tradisional. Tak jarang kita menemukan pedagang asongan yang tidak punya lapak. Mereka berdiri sambil menawarkan dagangan seperti cotton bud, busa cuci piring, peniti, racun tikus dan masih banyak lagi.

Hanya karena tidak tega, terkadang saya pun membeli barang dagangan milik pedangan asongan tersebut. Mungkin bagi saya, apa yang saya beli tidak begitu bermanfaat namun bagi pedagang asongan tersebut, barang yang laris terjual tentu akan menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Penutup

Selagi di daerah tempat tinggal kalian masih ada pasar tradisional, tidak ada salahnya untuk sesekali berbelanja di sana.

Lihatlah bagaimana roda perekonomian berjalan dimulai dari pasar tradisional. Lihatlah dari jam 3 pagi sudah banyak pedagang sayur yang menjual sayur mayur mereka. Bahkan pembeli pun sudah mulai berdatangan di jam 3 pagi, agar tidak kehabisan barang yang ingin dibelinya.

Semoga bermanfaat.


1 komentar

Komentar yang baik akan kembali ke pemiliknya. Jadi, berkomentarlah yang baik saja.
Comment Author Avatar
26 Juni 2024 pukul 20.28 Hapus
Enjoyy bgt blonjo nang pasar ya mba.

harga2 murahh ngga bikin overthinking 😴🤣